Karena Dia Hanya Manusia Biasa...
“Suami yang ku dambakan adalah yang bertanggungjawab, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas, pengertian, penyayang, humoris, mapan & tampan.” Itu mungkin suami dambaanmu teman. Tapi jangan marah bila saya bilang bahwa seandainya kriteria itu SEBUAH HARGA MATI YANG TAK TERTAWAR, maka yang kau butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Karena kenyataannya tak ada satu pun lelaki didunia ini yang bisa sesempurna itu. Kau dikatakan berani jika kau mau menerima segala kekurangan dan kelebihannya. So, realistislah Kawan!”
Ini adalah STATUS seorang teman di FB beberapa waktu yang lalu…
Setelah membacanya, ana jadi berfikir banyak tentang seseorang yang masih betah dalam kerahasianNya itu, dia yang masih begitu asing bagiku, dia yang tak pernah kutahu siapa dan di mana berada. Semoga Allah senantiasa menjaganya dengan ketat! Allahumma amiin…
Ketika ditanya seperti apa seseorang yang kau nantikan itu, pasti akan banyak criteria yang kan kita sebutkan atau bahkan kita deretkan satu per satu.
Tidak salah memang, setiap orang berhak berharap mendapatkan seseorang yang seperti ini dan seperti itu, harus begini dan harus begitu. Namun ketahuilah seseorang yang akan mendampingimu kelak tidaklah semulia Nabi Muhammad SAW, tidaklah setakwa Ibrahim, pun tidak setabah Ayub, atau pun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf. Justru ia hanyalah pria akhir zaman, yang memiliki cita-cita tuk membangun keturunan yang soleh. Ia hanya seorang manusia biasa…
Ana punya sebuah cerita, mungkin teman-teman semua sudah pernah membacanya. Sebuah artikel yang begitu berharga menurut ana.
Selamat Membaca…
❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤
Kepada Yth
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr Wb
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat
ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama Fulan menginginkan Anda untuk menjadi istri saya.
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.
Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.
Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.
Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin…
Wassalamu’alaikum Wr Wb
❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤❤(◡‿◡)❤
Ketika membaca surat itu, ana begitu terenyuh. Baru kali ini ana membaca surat ‘lamaran’ yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta yang begitu minimalis!
Akhirnya wanita tersebut menerima sang pria dengan alasan “Karena dia manusia biasa. Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku. Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha.”
Satu lagi pelajaran pernikahan yang dapat kita pelajari. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah ‘proses usaha’.
Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan ‘nama’. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat, ditanggalkan. Ketika segala yang ‘melekat’ pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.
Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.
Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.
Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.
Lalu, bagaimana dengan cinta? Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran garwo (sigaraning nyowo), kalau diterjemahkan secara bebas: “Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan jiwa).” Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.
Subhanallah,…
Bisakah kita seperti itu????
Meyakinkan pada diri kita ketika akan menerima seseorang dalam kehidupan kita, bahwasanya ia hanya manusia biasa. Ia memiliki banyak kekurangan yang tersirat maupun tersurat. Ia bukan malaikat yang tanpa cacat.
Semoga kita bisa berfikir secara realistis tentang hal ini,…
Semoga Bermanfaat…
Desi Dahlianti
Refernsi : dari berbagai sumber,...
(kiriman dari : sahabatku Desi)