Problem Pemikiran
Ketika orang-orang barat menguasai media, dan membuat opini-opini yang miring terhadap umat islam, seenaknya sendiri !! mereka katakan yang batil itu haq dan yang haq itu batil, yang mengakibatkan timbulnya persepsi negatif terhadap citra islam di mata internasional, itulah buah dari kesungguhan mereka. Dengan strategi apa mereka bisa seperti itu? Ya, dengan menjajah negeri-negeri islam, mereka turut menyebarkan paham-paham sekulerisme yang merupakan mainstream mereka.Barat juga mempersiapkan kader-kader yang akan meneruskan pola berpikir sekularistis jika mereka kelak meninggalkan negeri jajahannya. Tidak cukup itu saja, mereka juga menfasilitasi para intelektual muda islam untuk di sekolahkan di barat dan dari metode itulah misi brainwash mereka dimulai. Dari situlah virus-virus sekulerisme, pluralisme, liberalisme terealisasikan yaitu lewat tangan-tangan kaum intelektual muda islam itu sendiri. Halus, lembut, bahkan sampai kita tidak sadar kalau pemikiran barat yang serba materialis itu sudah di sebarkan oleh umat islam sendiri. Hebat bukan ?? Kalau saja mereka sangat bersungguh-sungguh dalam menegakkan kebatilan dan menghancurkan islam dari segala aspek, masihkah kita malu-malu, minder, bahkan tidak berani untuk mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil ?
Sudah saatnya ulama dan kaum intelektual muslim berlaku aktif dan tidak monoton. Mereka berkewajiban memelihara kemurnian Islam dan elemen-elemennya dari berbagai penyimpangan dan penafsiran keliru, walaupun kadangkala harus bercokol secara frontal dengan para pendukung kebatilan baik mereka yang liberal, sekuler, dan sejenisnya. Semua ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab ulama dan agamanya. Kalau tidak, Islam akan berubah menjadi bahan permainan yang ditafsirkan seenaknya oleh mereka, sebagaimana halnya agama-agama di luar islam yang sudah berubah dari wahyu samawi yang sakral menjadi ajang permainan orang-orang “pintar” mereka.
Hasan Hanafi(Mesir), Nasr Hamid Abu Zaid(Mesir), Nurkholis Madjid(Indonesia), Syafi’I Ma’arif(Indonesia) adalah contoh dari “pakar muslim” yang sudah terkena virus-virus sekularisme dan liberalisme. Dengan bangganya mereka menyebarkan paham-paham sesat mereka kepada publik melalui media-media yang memang sudah dirancang untuk mendukung pemikiran-pemikiran mereka. Dan semakin hari semakin banyak orang yang “sakit” yang terjangkit virus-virus yang disebarkan oleh “pakar muslim” seperti yang disebut diatas tadi. Kalau saja para “pakar muslim” itu menyimpan “bibit penyakitnya” itu untuk dirinya sendiri, agaknya kaum muslim tidak terlalu repot. Akan tetapi ide itu dipublikasikan di media massa dan disebarluaskan, ini sudah lain masalahnya. Mendiamkan saja seperti menyetujui paham itu tersebar.
Salah satu cara agar kita terhindar dari pemikiran-pemikiran yang merusak Aqidah Islam adalah mempelajari Islam dengan metode yang benar. Para ulama sudah memberi contoh kepada umat Islam agar didalam belajar, hendaknya seseorang memperhatikan manhaj dalam tholabul ilm atau tahapan-tahapan seseorang dalam belajar suatu ilmu. Setiap muslim diharuskan mempelajari ilmu-ilmu pokok tentang ajaran Islam dulu, baru belajar ilmu yang lainnya. Bagaimana seseorang yang belum tahu apa itu Hadits misalnya, tapi seseorang tersebut sudah berani mengkritisi metodologi periwayatan Hadits. Ini jelas suatu tahapan yang salah dalam belajar suatu ilmu. Bahkan diantara mereka banyak yang lebih senang mengambil teori-teori Barat ketimbang Ulama Islam yang sudah jelas otoritas keilmuannya. Dan ini banyak sekali terjadi di dunia pendidikan Islam khususnya di Indonesia. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk meng-Ishlah permasalahan-permasalahan ini. Amien.
Dan, hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. — Ali Imron : 104
Barangsiapa diantaramu melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, ubahkah dengan lisannya, dan jika tidak mampu, ubahklah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman. (HR Muslim dan Ashabus Sunan).
Sudah hamper tiba suatu zaman yang kala itu tidak ada lagi dari islam kecuali hanya namanya dan tidak ada lagi dari Al-Qur’an kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di kolong langit. Dari mulut para ulama itulah keluar fitnah dan kepada mereka fitnah itu akan kembali (HR baihaqi, dari Ali bin Abi Tholib)
Jogja, 25 September 2009
http://anti-islamlib.com/2009/10/problem-pemikiran/