Ketika sebuah 'RASA' menyapa
Waktu masih SMA sampai sekarang, sobat-sobat saya menjuluki saya sebagai Pangeran Cinta, Dokter Cinta, Dewa Cinta, Sang Pujangga, Konsultan Cinta, dsb. Saya yang tidak memiliki kualifikasi dan tidak ‘official’ menjadi rujukan sobat-sobat dalam soal cinta dan rumah tangga. Saya dianggap banyak berpengalaman tentang cinta, padahal saya sendiri merasa biasa-biasa saja, karena solusi yang saya berikan kepada mereka adalah solusi Islam –yang mana bila kita memakai Islam sebagai solusi dalam setiap permasalahan hidup kita, maka berbahagialah karena ridha Allah menyertai kita meski solusi yang Islam tawarkan awalnya terasa pahit di mata kita. Tapi yakinlah bahwa solusi Islam akan terasa manis dikemudian hari, bagi kita yang berakal-. Saya senyum-senyum saja saat mendengar anggapan itu, padahal jikalau mereka tahu dan menyadari bahwa ternyata yang hebat itu bukan saya tetapi ISLAM itu sendiri. Subhanallah… Allahu Akbar…
Suatu saat, apa yang menimpa sobat-sobat saya juga menimpa diri saya, yakni bertemu dengan sesosok wanita shalihah yang menurut pandangan saya seTegar dan seDermawan Khadijah ra (insyaAllah). Berbagai masalah dan persepsi dalam pikiran saya, saya muntahkan pada Hati Nurani saya sendiri. Bagaimana memulai ta’arufan, pantaskah saya bersanding dengannya, bagaimana bila nanti ditolak, bagaimana caranya mengkhitbah, bagaimana membangun komitmen, bagaimana menyampaikan ke orang tua tentang rencana saya untuk nikah, dan bagaimana-bagaimana yang lainnya. Yah benar, sebuah RASA sedang menyapa saya. Alhamdulillah… Saya bersyukur atas karunia Allah yang satu ini. Singkat kata, singkat cerita. Hati Nurani dengan bijaksana memperlakukan saya sebagaimana saya memperlakukan siapa-siapa yang mempunyai masalah yang serupa kepada saya. Ibaratnya, saya kena batunya atau dengan kata lain ‘senjata makan tuan’.
“Wanita yang akan kamu pilih itu milik siapa? Milik Allah, ‘kan!”. Hati nurani bertanya dan saya mengangguk.
“Makanya, minta saja pada Allah. Tanyalah pada Allah, apakah dia yang terbaik buat kamu? Mengadulah pada Allah, apakah dia pasangan di dunia dan di akhiratmu? Memohonlah pada Allah, apakah dia akan mendukung dakwahmu memperjuangkan Syariah dan Khilafah? Lalu, serahkanlah semuanya pada Allah, karena Allah Maha Lebih Tahu apa yang terbaik buatmu daripada dirimu sendiri.” Saya hanya bisa mengangguk dan diam sejuta bahasa mendengar petuah Hati Nurani. Lalu Hati Nurani menuntun saya berdoa…
Yaa Allah, Yaa Ilahi...
Engkaulah Pemilik wanita yang akan daku pilih,
Engkaulah Penggenggam hatinya,
Engkaulah yang mampu membuka pintu hatinya.
Yaa Allah, daku hendak menjadikan dia teman dakwahku.
Seperti halnya Khadijah terhadap rasul-Mu.
Daku ingin menikahinya, tapi daku tak tahu siapa dia.
Seandainya permohonanku ini terbaik buatku di sisi-Mu,
Tunjukkanlah caranya, cara bagaimana daku boleh mengenali dirinya.
Engkau sediakanlah jalan-jalan ke arah untuk mengenali dirinya.
Tetapi jikalau permohonan ini bukan yang terbaik buatku di sisi-Mu,
Maka hilangkanlah rasa ingin hidup bersama dengannya.
Kau lenyapkanlah bayangan dirinya dalam pikiranku.
Dan gantikanlah dengan wanita yang lain,
yang terbaik buatku di mata-Mu.
Amiin… Yaa rabbal ‘alamiin…
Hati Nurani berkata lagi, “Jikalau Allah mengabulkan doamu, pasti Allah akan tunjukkan jalan-jalan untuk mengenali wanita tersebut. Ada saja jalan yang Allah wujudkan agar kamu berdua dapat berkenalan. Dan jikalau memang jodoh, pasti urusannya diberi kemudahan dan kelancaran, meski harus menghadapi tantangan karena hal itu adalah sebuah proses pendewasaan. Yang jelas hati harus yakin bahwa Allah akan menolong jikalau kita memohon kepada-Nya. Dan jikalau yang didapat tidak sesuai dengan yang kita harapkan, jangan putus asa. Bukankah semua itu hasil dari doa kita yang mengatakan bahwa kalau dia yang terbaik, kabulkan doa kita, kalau bukan yang terbaik, jangan dikabulkan. Innalillahi wa inna lillahi raaji'un.”
Sobat Mutiara Hati yang dimuliakan Allah, semua masalah dan kehendak kita datang dari Allah. Allah memberi pilihan kepada kita untuk memilih. Allah tidak zalim dengan membuat pilihan untuk kita. Kita yang memilih sendiri tetapi pilihan yang dipilih adalah masih dalam ruang lingkup pilihan-pilihan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Dan setiap pilihan ini ada Qadarnya. Qadarnya juga mempunyai Qadha-Qadha lain di dalamnya.
Apabila kita hendak memilih, kita bertanya pada Allah pilihan yang terbaik di sisi Allah. Setelah kita memilih berdasarkan gerak hati dan juga berupa bisyarah, atau bahkan juga mungkin ada bahasa alam, kita memohon dengan sepenuh hati agar Allah memudahkan Qadar-Qadar ke atas Qadha yang kita telah pilih tadi. Semua pilihan dari Allah, dan kita serahkan kembali pada Allah untuk memberikan petunjuk agung-Nya terhadap pilihan yang terbaik karena kita tidak tahu yang mana yang paling terbaik di sisi Allah buat kita.
Apa-apa yang terjadi setelah kita memilih, percayalah itulah yang terbaik di sisi Allah buat kita karena kita telah berdoa dan bermunajat memohon petunjuk dari-Nya. Inilah maksud dari firman Allah bahwa setiap permohonan pasti dikabulkan oleh Allah. Maka meskipun sesuatu itu buruk dari pandangan kita, insyaAllah pasti banyak kebaikan di ujungnya. Inilah hebatnya Islam yang mengatur hidup dan kehidupan kita dengan begitu sempurnanya, lalu nikmat Tuhan manakah yang masih berani kita dustakan? Give thank’s to Allah, Allahu Akbar…
(dari : sahabat FB ku, mutiara hati)
http://mutiarahati-info.blogspot.com/2010/06/ketika-sebuah-rasa-menyapa.html