Mari Kita Merenung
bismillahir-Rahmanir-Rahim
Pernahkah Anda mengetik di komputer dan tiba-tiba listriknya padam? Kemudian ketika listrik kembali hidup, kita memeriksa hasil ketikan tadi. Kita merasa kecewa. Karena hasil ketikan yang telah kita buat sebelum listrik padam banyak yang hilang, banyak yang belum ter-save. Kita belum sempat mem-back up file tersebut. Walhasil kita melakukan perbuatan, namun tidak terlihat hasilnya. Seolah perbuatan kita sia-sia.
Bila ini terjadi, kita merasa kesal. Karena tulisan yang telah diketik, merupakan hasil perenungan kita, berasal dari ide yang terlintas di benak atau telah tertata dalam kata-kata yang apik dan tepat. Bisa jadi tulisan yang telah diketik merupakan hasil terjemahan yang telah diramu dan diungkapkan dengan bahasa Indonesia yang tepat dan sesuai EYD.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." (QS Ali Imran (3):21-22)
Allah berfirman, "Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat (karena tidak ada lagi pahala amal yang tersisa,pentj)." (QS Al-Kahfi (18):105)
Adakah persamaan kondisi di atas dengan dua ayat ini? Ada. Apa persamaannya?
Persamaannya; sama-sama melakukan perbuatan, namun tidak ada hasilnya. Sudah mengetik susah payah hingga beberapa halaman, namun hasilnya tidak terlihat. Karena belum sempat di-save.
Sudah melakukan perbuatan yang dianggap baik, tapi ternyata ketika menghadap Allah, hasil (pahala) dari perbuatan atau amal itu tidak ada. Mengapa pahala amal shalih dapat hilang, bisa terhapus? Dua ayat di atas sudah menjelaskan mengenai penyebabnya.
Oleh karenanya berhati-hatilah lantaran berbagai penyebab yang dapat melenyapkan atau menghapus pahala amal-amal shalih. Bukankah sakit hati, kesal; ketika kita sudah mengetik beberapa halaman, namun hasilnya tidak ada. Karena kita belum sempat men-save, sebelum lampu atau listrik mati.
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, "Kedengkian, iri hati dapat memakan/melenyapkan berbagai kebaikan, seperti api membakar kayu bakar." (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kedengkian itu seperti letikan api yang menyambar kayu bakar atau seperti bara puntung rokok yang terkena bensin. Terlihat kecil tapi dapat banyak memakan korban, begitulah karakter api dan demikian pula karakter dari kedengkian.
Sebelum kedengkian itu dapat padam, maka kedengkian itu akan terus menghabiskan kebaikan yang kita miliki. Berhati-hatilah pada kedengkian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut (pailit)?" Mereka menjawab, "Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah Saw bersabda, "Umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa dan zakat, tetapi dia pernah memaki, menuduh dan makan harta orang lain, serta pernah membunuh dan menyakiti orang lain, kemudian pahalanya diambil untuk diberikan kepada masing-masing orang dari mereka (yang dimaki, dituduh, yang hartanya diambil, yang dibunuh dan disakiti,pentj) sehingga pahalanya habis padahal tuntutan mereka (yang dimaki, dituduh, yang hartanya diambil, yang dibunuh dan disakiti,pentj) banyak yang belum terpenuhi, akhirnya sebagian dosa dari masing-masing mereka diambil untuk dibebankan kepada orang itu, lalu dia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim, kitab tentang Kezaliman)
Berhati-hatilah dalam berinteraksi, bermuamalah dan bergaul dengan orang lain. Jangan sampai kita memaki, menuduh atau menyakiti hati orang lain. Bayangkanlah! Jika kita (na'udzu billahi min dzalik) yang termasuk kategori orang yang bangkrut. Kita mempunyai pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya. Namun di samping itu, kita juga kerap berbuat dzalim (na'udzubillah min dzalik). Apakah pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya dapat menutup tuntutan dari kedzaliman yang pernah dilakukan? Untuk selanjutnya silahkan bayangkan sendiri!
Pesan-pesan yang terdapat dalam ayat dan dua hadits di atas merupakan pesan yang harus diwaspadai. Jangan sampai kebaikan kita seperti kayu bakar yang dimakan api. Jangan sampai kebaikan kita seperti hasil ketikan yang belum sempat di-save. Padahal kita telah menghabiskan tenaga, waktu dan harta yang tidak sedikit untuk berbuat baik.
(dari : sahabatku Mas Yan)
Pernahkah Anda mengetik di komputer dan tiba-tiba listriknya padam? Kemudian ketika listrik kembali hidup, kita memeriksa hasil ketikan tadi. Kita merasa kecewa. Karena hasil ketikan yang telah kita buat sebelum listrik padam banyak yang hilang, banyak yang belum ter-save. Kita belum sempat mem-back up file tersebut. Walhasil kita melakukan perbuatan, namun tidak terlihat hasilnya. Seolah perbuatan kita sia-sia.
Bila ini terjadi, kita merasa kesal. Karena tulisan yang telah diketik, merupakan hasil perenungan kita, berasal dari ide yang terlintas di benak atau telah tertata dalam kata-kata yang apik dan tepat. Bisa jadi tulisan yang telah diketik merupakan hasil terjemahan yang telah diramu dan diungkapkan dengan bahasa Indonesia yang tepat dan sesuai EYD.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." (QS Ali Imran (3):21-22)
Allah berfirman, "Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat (karena tidak ada lagi pahala amal yang tersisa,pentj)." (QS Al-Kahfi (18):105)
Adakah persamaan kondisi di atas dengan dua ayat ini? Ada. Apa persamaannya?
Persamaannya; sama-sama melakukan perbuatan, namun tidak ada hasilnya. Sudah mengetik susah payah hingga beberapa halaman, namun hasilnya tidak terlihat. Karena belum sempat di-save.
Sudah melakukan perbuatan yang dianggap baik, tapi ternyata ketika menghadap Allah, hasil (pahala) dari perbuatan atau amal itu tidak ada. Mengapa pahala amal shalih dapat hilang, bisa terhapus? Dua ayat di atas sudah menjelaskan mengenai penyebabnya.
Oleh karenanya berhati-hatilah lantaran berbagai penyebab yang dapat melenyapkan atau menghapus pahala amal-amal shalih. Bukankah sakit hati, kesal; ketika kita sudah mengetik beberapa halaman, namun hasilnya tidak ada. Karena kita belum sempat men-save, sebelum lampu atau listrik mati.
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, "Kedengkian, iri hati dapat memakan/melenyapkan berbagai kebaikan, seperti api membakar kayu bakar." (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kedengkian itu seperti letikan api yang menyambar kayu bakar atau seperti bara puntung rokok yang terkena bensin. Terlihat kecil tapi dapat banyak memakan korban, begitulah karakter api dan demikian pula karakter dari kedengkian.
Sebelum kedengkian itu dapat padam, maka kedengkian itu akan terus menghabiskan kebaikan yang kita miliki. Berhati-hatilah pada kedengkian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut (pailit)?" Mereka menjawab, "Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah Saw bersabda, "Umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa dan zakat, tetapi dia pernah memaki, menuduh dan makan harta orang lain, serta pernah membunuh dan menyakiti orang lain, kemudian pahalanya diambil untuk diberikan kepada masing-masing orang dari mereka (yang dimaki, dituduh, yang hartanya diambil, yang dibunuh dan disakiti,pentj) sehingga pahalanya habis padahal tuntutan mereka (yang dimaki, dituduh, yang hartanya diambil, yang dibunuh dan disakiti,pentj) banyak yang belum terpenuhi, akhirnya sebagian dosa dari masing-masing mereka diambil untuk dibebankan kepada orang itu, lalu dia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim, kitab tentang Kezaliman)
Berhati-hatilah dalam berinteraksi, bermuamalah dan bergaul dengan orang lain. Jangan sampai kita memaki, menuduh atau menyakiti hati orang lain. Bayangkanlah! Jika kita (na'udzu billahi min dzalik) yang termasuk kategori orang yang bangkrut. Kita mempunyai pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya. Namun di samping itu, kita juga kerap berbuat dzalim (na'udzubillah min dzalik). Apakah pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya dapat menutup tuntutan dari kedzaliman yang pernah dilakukan? Untuk selanjutnya silahkan bayangkan sendiri!
Pesan-pesan yang terdapat dalam ayat dan dua hadits di atas merupakan pesan yang harus diwaspadai. Jangan sampai kebaikan kita seperti kayu bakar yang dimakan api. Jangan sampai kebaikan kita seperti hasil ketikan yang belum sempat di-save. Padahal kita telah menghabiskan tenaga, waktu dan harta yang tidak sedikit untuk berbuat baik.
(dari : sahabatku Mas Yan)