[Kisah Nyata] Gara-Gara Tiket Kosong
Gara-Gara Tiket Kosong
“Vi, lo mau tiket murah. Harganya berkisar Rp 300.000,00 hingga Rp 400.000,00 untuk penerbangan ke Sumatera” kata Ardi (bukan nama sebenarnya) sedang menawarkan tiket pesawat super murah padaku di kampus.
Aku pun langsung percaya saja apa yang dikaatakan Ardi karena ia adalah teman sekelasku. Suasana liburan panjang menjadi ajang pemanfaatan bagi sebagian orang untuk lahan bisnis, terutama kepada anak-anak yang merantau di luar kota.
Aku memesan tiket ke Medan untuk beberapa orang temanku. Siapapun pasti akan terpikat jika harga tiket yang ditawarkan berbeda jauh dari harga tiket biasanya. Kadang tersirat dibenakku, mengapa harga tiket bisa semurah itu pada suasana arus balik lebaran? Benar-benar di luar akal logika jika kita memikirkannya dengan kenyataan yang biasa terjadi.
“Aku mau pesan juga lah buat ibu pacarku di Yogya. Beliau mau pulang ke Medan juga”, jawab teman kos yang ingin pesan tiket padaku karena ikut tergiur dengan informasi adanya tiket murah.
Akhirnya aku telpon temanku itu dengan penuh semangat berharap dapat tiket dalam waktu yang dekat, sesuai dengan jadwal keberangkatan diriku dan sahabat-sahabatku ke Sumatera.
“Di, aku mau pesan 4 tiket dunk ke Medan. Tapi jadwal keberangkatan dari Jakarta berbeda. Bisakah cari yang murah?” tanyaku pada Ardi dengan optimis.
“Bisa Vie, lo tenang aja. Ntar kupesan tiketnya ama temanku. SMS-kan saja nama dan tanggal berapa keberangkatannya. Okey..”
***
Satu minggu telah berlalu..
Akhirnya aku menghubunginya dan Ardi mengatakan bahwa tiket tersebut belum dapat yang murah. Mulailah aku khawatir karena jadwal keberangkatan sudah sangat dekat.
“Apa yang harus kukatakan kepada semua sahabat-sahabatku jika tiket itu tidak ada, bisa jadi kami semua tidak pulang ke Medan karena tiket habis atau terpaksa beli tiket yang lebih mahal” aku berkata dalam hati penuh rasa takut dan cemas. Kegelisahan terus mendera jiwa ini karena amanah yang dipegang begitu banyak. Aku tidak mau dikenal sebagai pembohong, apalagi aku sebagai wanita muslimah.
Hari demi hari berlalu begitu saja. Semua yang pesan tiket padaku mengatakan, “Bagaimana ada tiketnya Vie, kalau tidak ada maka aku akan pesan kepada travel yang lain”. Hatiku semakin was-was. Karena persahabatan kami sudah mulai agak renggang gara-gara tiket tersebut.
***
Alhamdulillah, keesokan harinya Ardi berhasil mendapatkan tiket dari travel temannya dan aku pun mentransfer sejumlah uang sesuai dengan harga dari beberapa tiket tersebut. Ardi memberikan tiketnya via email beserta kodekode booking dari tiket tersebut. Biasanya sekarang dikenal dengan sebutan ticketing (tiket elektronik). Akhirnya kukirimkan tiket elektronik itu semua teman-teman yang memesan tiket padaku.
Saat ibu dari pacar temanku mau check-in di bandara, tiba-tiba petugas maskapai penerbangan bilang bahwa dirinya belum terdaftar menjadi penumpang pesawat tersebut. Tapi pihak maskapai bingung, bagaimana bisa tiket itu diprint dan memiliki kode booking sementara ia belum terdaftar. Dia pun mengadu sama pacarnya.
“Say, gimana nih tiketnya. Kata pihak maskapainya, ibuku belum terdaftar. Bagaimana sih ini? Sejak kapan jadi penipu? Buat orangtuaku malu saja. Ibuku mau berangkat nih. Ya udah. aku belikan ibuku tiket dulu. Minta aja uangnya kembali. Nanti transfer ya uang tiket yang batal itu.”
Lalu temanku sms dan menceritakan apa yang terjadi. Sejak saat itu mulailah aku menyelidiki kasus ini. Ternyata semua tiket yang aku pegang adalah tiket kosong dan tiket yang dimiliki oleh Ardi juga tiket kosong.
Aku langsung meminta pertanggungjawaban dari Ardi tentang hal ini dan berharap uangku di ganti.
“Maaf Vie, aku tidak bisa mengganti uangmu. Karena aku juga rugi sepuluh juta rupiah lebih” kata-kata Ardi dalam SMS-nya seperti sedang stress juga.
***
Seminggu kemudian aku menyelidiki travel yang Ardi percayai selalu untuk mendapat tiket murah. Aku langsung datang ke luar kota tempat travel itu berada --kota itu terkenal sebagai kota pelajar dan menyimpan sejarah seni budaya candi--. Alhamdulillah di kota tersebut, aku bertemu senior alumni waktu kuliah di Medan dan menemaniku mencari ‘Si Penipu Tiket Kosong’ itu. Akan tetapi, kami tidak berhasil ketemu dengan pembuat tiket kosong itu. Karena masalah ini, hubungan persahabatan aku dan teman-temanku menjadi renggang. Sahabat kosku itu diputusin ama pacarnya. Uangku hilang hampir 2 juta rupiah.
Beberapa bulan kemudian ada berita di TV menangkap beberapa orang pemalsu tiket. Ternyata yang mengalami penipuan tiket elektronik itu bukan hanya kami saja, banyak juga masyarakat yang mengalaminya. Untuk dapat menge-print tiket elektronik itu, pemalsu bekerjasama dengan pihak maskapai. Di zaman sekarang ini sulit sekali mencari mendapatkan orang yang jujur. Demi uang semuanya dijalani walaupun haru sberbuat salah dan dosa. Semua kejadian ini aku ambil hikmahnya agar lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan tidak tergiur dengan sesuatu yang serba murah. Alhamdulillah setelah ini tidak pernah mengalami penipuan dan juga dapat membeli tiket yang murah melalui promo-promo yang diadakan setiap maskaapi penenbangan
Tips dalam membeli tiket pesawat agar tidak ditipu:
1.Telpon pihak maskapai penerbangan resmi yang diinginkan penumpang
2.Untuk booking tiket atau melihat harga penerbangan bisa melalui internet sesuai dengan maskapai yang diinginkan atau melalui travel resmi yg di percaya
3.Jangan tergiur dengan harga murah
4.Teliti lebih dahulu dalam membeli tiket
5.Memiliki sikap tegas untuk menolak jika kita tahu ada sebuah penipuan
6.Hati-hati dalam memilih teman dan bergaul
7.Jangan terlalu percaya dengan ucapan teman, apalagi orang asing.
8.Jangan menjadi orang yang cupu, lugu, polos
9.Tingkatkan wawasan dan pengetahuan dalam pemesanan tiket elektronik atau tidak
10.Memberi saran kepada teman yang punya masalah dalam membeli tiket
“Vi, lo mau tiket murah. Harganya berkisar Rp 300.000,00 hingga Rp 400.000,00 untuk penerbangan ke Sumatera” kata Ardi (bukan nama sebenarnya) sedang menawarkan tiket pesawat super murah padaku di kampus.
Aku pun langsung percaya saja apa yang dikaatakan Ardi karena ia adalah teman sekelasku. Suasana liburan panjang menjadi ajang pemanfaatan bagi sebagian orang untuk lahan bisnis, terutama kepada anak-anak yang merantau di luar kota.
Aku memesan tiket ke Medan untuk beberapa orang temanku. Siapapun pasti akan terpikat jika harga tiket yang ditawarkan berbeda jauh dari harga tiket biasanya. Kadang tersirat dibenakku, mengapa harga tiket bisa semurah itu pada suasana arus balik lebaran? Benar-benar di luar akal logika jika kita memikirkannya dengan kenyataan yang biasa terjadi.
“Aku mau pesan juga lah buat ibu pacarku di Yogya. Beliau mau pulang ke Medan juga”, jawab teman kos yang ingin pesan tiket padaku karena ikut tergiur dengan informasi adanya tiket murah.
Akhirnya aku telpon temanku itu dengan penuh semangat berharap dapat tiket dalam waktu yang dekat, sesuai dengan jadwal keberangkatan diriku dan sahabat-sahabatku ke Sumatera.
“Di, aku mau pesan 4 tiket dunk ke Medan. Tapi jadwal keberangkatan dari Jakarta berbeda. Bisakah cari yang murah?” tanyaku pada Ardi dengan optimis.
“Bisa Vie, lo tenang aja. Ntar kupesan tiketnya ama temanku. SMS-kan saja nama dan tanggal berapa keberangkatannya. Okey..”
***
Satu minggu telah berlalu..
Akhirnya aku menghubunginya dan Ardi mengatakan bahwa tiket tersebut belum dapat yang murah. Mulailah aku khawatir karena jadwal keberangkatan sudah sangat dekat.
“Apa yang harus kukatakan kepada semua sahabat-sahabatku jika tiket itu tidak ada, bisa jadi kami semua tidak pulang ke Medan karena tiket habis atau terpaksa beli tiket yang lebih mahal” aku berkata dalam hati penuh rasa takut dan cemas. Kegelisahan terus mendera jiwa ini karena amanah yang dipegang begitu banyak. Aku tidak mau dikenal sebagai pembohong, apalagi aku sebagai wanita muslimah.
Hari demi hari berlalu begitu saja. Semua yang pesan tiket padaku mengatakan, “Bagaimana ada tiketnya Vie, kalau tidak ada maka aku akan pesan kepada travel yang lain”. Hatiku semakin was-was. Karena persahabatan kami sudah mulai agak renggang gara-gara tiket tersebut.
***
Alhamdulillah, keesokan harinya Ardi berhasil mendapatkan tiket dari travel temannya dan aku pun mentransfer sejumlah uang sesuai dengan harga dari beberapa tiket tersebut. Ardi memberikan tiketnya via email beserta kodekode booking dari tiket tersebut. Biasanya sekarang dikenal dengan sebutan ticketing (tiket elektronik). Akhirnya kukirimkan tiket elektronik itu semua teman-teman yang memesan tiket padaku.
Saat ibu dari pacar temanku mau check-in di bandara, tiba-tiba petugas maskapai penerbangan bilang bahwa dirinya belum terdaftar menjadi penumpang pesawat tersebut. Tapi pihak maskapai bingung, bagaimana bisa tiket itu diprint dan memiliki kode booking sementara ia belum terdaftar. Dia pun mengadu sama pacarnya.
“Say, gimana nih tiketnya. Kata pihak maskapainya, ibuku belum terdaftar. Bagaimana sih ini? Sejak kapan jadi penipu? Buat orangtuaku malu saja. Ibuku mau berangkat nih. Ya udah. aku belikan ibuku tiket dulu. Minta aja uangnya kembali. Nanti transfer ya uang tiket yang batal itu.”
Lalu temanku sms dan menceritakan apa yang terjadi. Sejak saat itu mulailah aku menyelidiki kasus ini. Ternyata semua tiket yang aku pegang adalah tiket kosong dan tiket yang dimiliki oleh Ardi juga tiket kosong.
Aku langsung meminta pertanggungjawaban dari Ardi tentang hal ini dan berharap uangku di ganti.
“Maaf Vie, aku tidak bisa mengganti uangmu. Karena aku juga rugi sepuluh juta rupiah lebih” kata-kata Ardi dalam SMS-nya seperti sedang stress juga.
***
Seminggu kemudian aku menyelidiki travel yang Ardi percayai selalu untuk mendapat tiket murah. Aku langsung datang ke luar kota tempat travel itu berada --kota itu terkenal sebagai kota pelajar dan menyimpan sejarah seni budaya candi--. Alhamdulillah di kota tersebut, aku bertemu senior alumni waktu kuliah di Medan dan menemaniku mencari ‘Si Penipu Tiket Kosong’ itu. Akan tetapi, kami tidak berhasil ketemu dengan pembuat tiket kosong itu. Karena masalah ini, hubungan persahabatan aku dan teman-temanku menjadi renggang. Sahabat kosku itu diputusin ama pacarnya. Uangku hilang hampir 2 juta rupiah.
Beberapa bulan kemudian ada berita di TV menangkap beberapa orang pemalsu tiket. Ternyata yang mengalami penipuan tiket elektronik itu bukan hanya kami saja, banyak juga masyarakat yang mengalaminya. Untuk dapat menge-print tiket elektronik itu, pemalsu bekerjasama dengan pihak maskapai. Di zaman sekarang ini sulit sekali mencari mendapatkan orang yang jujur. Demi uang semuanya dijalani walaupun haru sberbuat salah dan dosa. Semua kejadian ini aku ambil hikmahnya agar lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan tidak tergiur dengan sesuatu yang serba murah. Alhamdulillah setelah ini tidak pernah mengalami penipuan dan juga dapat membeli tiket yang murah melalui promo-promo yang diadakan setiap maskaapi penenbangan
Tips dalam membeli tiket pesawat agar tidak ditipu:
1.Telpon pihak maskapai penerbangan resmi yang diinginkan penumpang
2.Untuk booking tiket atau melihat harga penerbangan bisa melalui internet sesuai dengan maskapai yang diinginkan atau melalui travel resmi yg di percaya
3.Jangan tergiur dengan harga murah
4.Teliti lebih dahulu dalam membeli tiket
5.Memiliki sikap tegas untuk menolak jika kita tahu ada sebuah penipuan
6.Hati-hati dalam memilih teman dan bergaul
7.Jangan terlalu percaya dengan ucapan teman, apalagi orang asing.
8.Jangan menjadi orang yang cupu, lugu, polos
9.Tingkatkan wawasan dan pengetahuan dalam pemesanan tiket elektronik atau tidak
10.Memberi saran kepada teman yang punya masalah dalam membeli tiket