[Pertemuan LRS ke-IV] Membahas tentang EYD
Alhamdulillah, salah satu anggota Leutika Reading Society (LRS) cabang Medan, telah membuat sebuah catatan indah. Terimakasih ya sahabatku 'Tia' atas catatan ini. Saya sebagai koordinator LRS menjadi terharu. Terus menulis utk mengharumkan nama sendiri, daerah kita, tentunya utk mengharapkan ridho dari-Nya dengan adanya ukhuwah melalui perkumpulan ini.
***********************************
Hari Minggu pagi kemarin―20 Februari 2011―Alhamdulillah telah berhasil diadakan pertemuan Leutika Reading Society (LRS) untuk kali ke-empat di kediaman artis kita yang telah mewarnai jagad penulisan (ehem) Mbak Evi selaku Koordinator. (^_^)
Pada pertemuan kali ini kami belajar dan berdiskusi tentang EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Ada sekitar 3 karya tulis yang kami bedah. Di antaranya termasuk karyaku yang ternyata masih belum memenuhi standar kepenulisan yang baik. Hiks! Sedihnya…. **muhasabah diri di pojokan sambil menitikkan air mata**
Ya sudah, tidak perlu berlama-lama menangis karena air mata harganya mahal. **gubrak!** (nyengir)
Berbekal materi EYD yang diberikan oleh Mbak Evi berikut sharing bersama teman-teman, akhirnya dibedah satu per satu kesalahan-kesalahan pada karya tulis kami. Kebanyakan yang kami temui kesalahan terletak pada penulisan dialog, penempatan kata depan, pengaturan tab paragraph, penulisan kata ulang dan masih banyak lagi.
Berikut aku postingkan beberapa catatan koreksi dari materi yang diberikan Mbak Evi dan juga catatan pribadiku :
1. Contoh penulisan kalimat dialog yang benar :
* “Kita akan pergi sekarang.” Aku dan Tono bergegas. [jika akhir kalimat dialog adalah titik, maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) harus huruf capital/besar].
* “Semua akan baik-baik saja,” kataku kepada Tono. [jika akhir kalimat dialog adalah koma, maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) adalah huruf kecil].
* “Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Indah padaku. [jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda tanya (?), maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) digunakan huruf kecil].
* “Hei, tunggu!” Teriak Udin sambil berlari ke arahku. [jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda seru (!), maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) dimulai dengan huruf capital/besar].
* Setiap dialog baru, harus dibuat alinea/paragraph baru walau cuma satu kata/kalimat. Contoh :
“Aku cemburu padanya!” Seru Ina marah.
“Ha? Cemburu pada siapa?” tanyaku penasaran.
>> 2 dialog tersebut tidak dijadikan satu kesatuan, akan tetapi terpisah menjadi 2 baris kalimat.
* Setiap huruf awal kalimat dialog harus capital/besar. Contoh :
“Aku pulang,” kataku kepada Roi yang masih mematung.
* Tanda koma (,) dan titik (.) diletakkan sebelum tanda kutip penutup, bukan sesudahnya. Contoh :
“Aku bingung harus bagaimana,” kataku pada Ratih.
“Aku berhenti.”
* Setelah tanda tanya (?) dan tanda seru (!) setelah ditutup dengan tanda kutip (“), tidak ada koma dan titik lagi.
* Tanda kutip dengan kata sebelum dan sesudahnya tidak ada spasi, jadi semuanya disatukan. Contoh :
“Ayo kita main!”
2. Penggunaan kata ulang harus disertai dengan tanda penghubung (-), kecuali bila karya tulis berupa puisi maka tidak ada tanda penghubung melainkan seluruh kata harus disatukan. Contoh :
Daun-daun berguguran. [dalam cerpen, novel dll]
Daundaun berguguran [dalam bentuk puisi]
3. Symbol Horizontal Bar (―) digunakan sebagai separator/pemisah 2 kalimat yang saling berhubungan. Contoh :
… handphone-ku berdering―ada panggilan masuk―saat aku sedang mengobrol dengannya.
4. Penggunaan kata depan―di, ke, dari―untuk penunjukkan tempat ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, selain itu ditulis bergabung dengan kata yang mengikutinya. Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Contoh :
Aku mengantarkan surat itu kepada Ima yang sedang berada di kantin.
5. Penyisipan kata gaul yang berada di luar dialog harus dimiringkan (italic), sedangkan di dalam kalimat dialog tidak dimiringkan.
6. Penggunaan catatan kaki (footnote) untuk menjelaskan kaidah/arti dari bahasa asing/serapan dan bahasa daerah.
7. Secara tersirat, tanda titik 3 menyatakan ‘koma/menggantung’. Sedangkan tanda titik 4 menyatakan ‘titik/berhenti’. Dalam penulisannya dipisahkan oleh spasi dari kata yang mengikuti maupun diikutinya. Karena menyatakan koma, maka huruf awal kata setelah tanda titik 3 adalah huruf kecil, sedangkan setelah tanda titik 4 adalah huruf capital/besar.
8. Penggunaan singkatan umum ditulis dengan huruf capital/besar dan bila ditulis serangkai dengan kata lainnya maka harus disisipkan tanda penghubung (-). Contoh :
SMS-ku telah sampai padanya.
9. Penulisan kalimat dialog tidak perlu diitalic atau dimiringkan.
10. Imbuhan dan akhiran yang mengiringi bahasa asing/serapan ataupun bahasa daerah dipisahkan oleh tanda penghubung (-) dan penulisan kata asingnya harus dimiringkan (italic). Contoh :
Me-recall
Hanphone-ku, dll
Sepertinya cukup segitu dulu ya. Ntar kalo kebanyakan bakalan ada yang bawa spanduk demo “turunkan harga bawang!” **gubrak** (engga nyambung deh ya) hehe
Sebenarnya ada hal menyedihkan yang mengiringi kisah pertemuanku dengan sahabat-sahabat LRS hari Minggu kemarin. Tapi bila mengingat kebersamaan kami―berdiskusi sambil mengobrol santai― ditambah dengan Brownies enak buatan Mbak Yanti, setidaknya hal menyedihkan itu agak sedikit teringankan. Rugi banget deh ya buat yang enggak datang (memanas-manasi). **tertawa sombong**
Oke sobat, kita lanjut di pertemuan berikutnya. Salam ukhuwah dan semoga kita tetap terus semangat untuk berkarya dan meramaikan dunia sastra (aamiin).
Sukses selalu untuk LRS Medan! :)