Inilah Bumiku
Inilah Bumiku
*Evi Andriani*
Berjalan di keheningan pesona cantiknya dirimu, kutemukan indahnya lautanmu, sejuknya udara pegununganmu, tenteramnya kehangatan cahayamu, wanginya putik sari bungamu yang menusuk ke jantungku.
Engkau tak pernah marah, ketika kulukai tubuhmu dengan gergaji. Engkau tak pernah berontak, ketika kukotori badanmu dengan sampah-sampah berserakan. Engkau masih saja tersenyum dan menyapaku dengan lambaian dedaunan yang rimbun. Sehingga tubuhku terjaga dari sengatan mentari. Wahai bumiku, betapa baik dirimu, betapa sabarnya akhlakmu terhadap keegoisanku.
Berjalan semakin tua usiamu. Kini kesejukan itu aku rindukan. Keteduhan dan kerindanganmu makin sulit kugapai. Gersang, tandus, kering dan teriknya cahayamu semakin kunikmati. Kedamaian dalam jiwamu semakin redup. Gempa, tsunami, longsor, banjir dan badai menghampiri eloknya tubuhmu. Hingga berserakan mayat-mayat di rumahmu. Hatiku sedih, hampa dan gelisah. Apakah karena tanganku, engkau menjadi rusak?
Engkau tak pernah putus bertasbih memuji-Nya. Sedangkan aku hanya menikmati saja hasilmu melalui pergantian musim yang indah. Aku malu pada imanku yang tak lagi membahana. Jiwaku semakin merana. Kebekuan hatiku kian mencair dan melelehkan buliran airmataku. Aku lupa untuk bersyukur pada Tuhan.
Wahai bumiku, ini bukan salahmu, bukan juga kehendakmu. Engkau adalah korban dari keangkaraanku, kelalaianku dan kecerobahanku. Aku sadar. Aku menyesal. Aku menutup dosaku dengan taubat. Aku hias diriku dengan do’a-do’a syahdu. Ya Tuhan, besitkan ke dalam diriku sebuah keinsyafan. Bimbinglah aku ke jalan-Mu yang lurus. Agar aku dapat menjaga permata alam semesta tetap indah.
Medan, 22 April 2011