Aku Mempercayaimu Karena Allah
Ukhuwah...
Bukan hanya sekedar bicara di mulut
Bukan juga dipajang sebagai pigura
Bukan harus dielukan dalam sebuah tulisan
Tapi ia lebih daripada jalinan cinta
Pertalian erat karena kasih sayang
Terbaluti akhlak seindah kilauan mutiara
Prasangka baik sesuci hati yang bening
Dengan modal keyakinan nurani
Terciptalah persaudaraan mesra
Apa yang tersirat dalam benakmu jika aku berteman dengan teman-teman dari Malaysia, wahai sahabatku di Indonesia? Bisa jadi, engkau akan mengatakan, “Mengapa kau bersahabat dengan perebut segala aset dan budaya yang dimiliki oleh negeri kita, Indonesia?”
Ah, mungkin tak usah jauh kita berpikir ke dalam itu. Bagaimana jika aku katakan, “Apakah Kau akan percaya jika aku berkenalan hanya dalam hitungan tujuh hari saja langsung dapat menjadi sahabat? Apalagi ia bukan kewarganegaraan Indonesia dan tak dikenal sebelumnya?”
Ibuku lebih khawatir lagi mengapa anak wanitanya semata wayang bisa cepat akrab dengan orang asing yang baru dikenal. Ibuku takut aku diculik atau dibawa kabur ke Malaysia? Lantas apa yang buat aku bisa akrab bersahabat dengannya? Jawabannya adalah ukhuwah. Bukan sebuah ikatan biasa tapi ikatan yang terbaluti akhlak yang baik, iman yang baik dan membina kedekatan kepada Allah swt.
Ukhuwah adalah ikatan persaudaraan yang dijalin oleh sesama manusia karena landasan iman dan takwa. Begitulah yang kujalani saat ini bersama temanku―zilla―di Malaysia. Awalnya aku dan Zilla dikenalkan oleh seorang temanku bahwa ada seorang muslimah yang ingin melakukan travelling backpacker ke Medan, salah satunya adalah Pulau Samosir, Danau Toba. Beliau menanyakan apakah ada masjid atau tempat beribadah di sana dan tempat-tempat menarik di Medan di mana saja?
Awalnya aku tak begitu yakin ingin menerima tawaran ini, maka proses pertama yang kulakukan adalah mengenalnya. Siapakah Zilla? Asalnya darimana? Mengapa ia tertarik datang ke kota wisata Medan? Alhamdulillah, aku dan Zilla mengetahui bahasa Melayu dan Indonesia sehingga pembicaraan berlangsung dengan baik dan lancar.
Selanjutnya aku mulai memahami kejiwaannya terhadap permasalahan atau kebutuhan yang mendera pikirannya. Ketulusan hatinya dan keluruhan imannya menjadikan kekhawatiranku berubah menjadi rasa percaya dengan berprasangka baik padanya. Apalagi saat ia menanyakan bagaimana kondisi kota wisata yang dominan penduduknya adalah agama nasrani. Bagaimana shalat dan makan di sana?
>>> bersambung
Bukan hanya sekedar bicara di mulut
Bukan juga dipajang sebagai pigura
Bukan harus dielukan dalam sebuah tulisan
Tapi ia lebih daripada jalinan cinta
Pertalian erat karena kasih sayang
Terbaluti akhlak seindah kilauan mutiara
Prasangka baik sesuci hati yang bening
Dengan modal keyakinan nurani
Terciptalah persaudaraan mesra
Apa yang tersirat dalam benakmu jika aku berteman dengan teman-teman dari Malaysia, wahai sahabatku di Indonesia? Bisa jadi, engkau akan mengatakan, “Mengapa kau bersahabat dengan perebut segala aset dan budaya yang dimiliki oleh negeri kita, Indonesia?”
Ah, mungkin tak usah jauh kita berpikir ke dalam itu. Bagaimana jika aku katakan, “Apakah Kau akan percaya jika aku berkenalan hanya dalam hitungan tujuh hari saja langsung dapat menjadi sahabat? Apalagi ia bukan kewarganegaraan Indonesia dan tak dikenal sebelumnya?”
Ibuku lebih khawatir lagi mengapa anak wanitanya semata wayang bisa cepat akrab dengan orang asing yang baru dikenal. Ibuku takut aku diculik atau dibawa kabur ke Malaysia? Lantas apa yang buat aku bisa akrab bersahabat dengannya? Jawabannya adalah ukhuwah. Bukan sebuah ikatan biasa tapi ikatan yang terbaluti akhlak yang baik, iman yang baik dan membina kedekatan kepada Allah swt.
Ukhuwah adalah ikatan persaudaraan yang dijalin oleh sesama manusia karena landasan iman dan takwa. Begitulah yang kujalani saat ini bersama temanku―zilla―di Malaysia. Awalnya aku dan Zilla dikenalkan oleh seorang temanku bahwa ada seorang muslimah yang ingin melakukan travelling backpacker ke Medan, salah satunya adalah Pulau Samosir, Danau Toba. Beliau menanyakan apakah ada masjid atau tempat beribadah di sana dan tempat-tempat menarik di Medan di mana saja?
Awalnya aku tak begitu yakin ingin menerima tawaran ini, maka proses pertama yang kulakukan adalah mengenalnya. Siapakah Zilla? Asalnya darimana? Mengapa ia tertarik datang ke kota wisata Medan? Alhamdulillah, aku dan Zilla mengetahui bahasa Melayu dan Indonesia sehingga pembicaraan berlangsung dengan baik dan lancar.
Selanjutnya aku mulai memahami kejiwaannya terhadap permasalahan atau kebutuhan yang mendera pikirannya. Ketulusan hatinya dan keluruhan imannya menjadikan kekhawatiranku berubah menjadi rasa percaya dengan berprasangka baik padanya. Apalagi saat ia menanyakan bagaimana kondisi kota wisata yang dominan penduduknya adalah agama nasrani. Bagaimana shalat dan makan di sana?
>>> bersambung