Anak Tuli dan Trombosit Rendah Sejak Lahir, Allah Kasih Keajaiban
Apa yang akan emak hadapi jika tahu anak emak yang lahir didiagnosis tidak dapat mendengar? Belum lagi harus lahir dengan trombosit rendah di bawah normal yaitu 33 ribu. Kadar trombosit normal wanita adalah berkisar 157.000-371.000 mcL, sedangkan pada pria 135.000-317.000 mcL. Anak dan ibu pun harus berpisah begitu lahir. Tidak dalam pelukannya karena anak masuk NICU. Pasti sedih kan, Mak.
Itulah yang dialami anak saya, Rifqi. Rifqi lahir dengan berat 2,5kg dengan panjang 48 cm. Rifqi lahir dengan caesar karena saya ada riwayat autoimun ITP dan Lupus. Di mana imun yang seharusnya melindungi tubuh saya dari benda asing, menyerang tubuh saya sendiri, menyerang sel-sel saya yang sehat yaitu menyerang trombosit saya menjadi rendah. Bahkan pernah 3.000 mcL.
Dokter saya, Dokter Gino menyarankan saya untuk operasi caesar, walaupun dokter kandungan bilang saya bisa lahir normal. Hanya saja dokter saya takut, kalau anak yang saya lahirkan trombositnya bisa rendah seperti ibunya. Karena Dokter Gino pernah baca jurnal internasional, ada ibu yang ITP, anaknya lahir trombosit rendah. Jadi autoimun bisa diturunkan, tapi tidak semua orang.
Dokter Gino menyarankan kepada saya agar setelah anak lahir langsung cek hematologi rutin dari tali pusar bayi. Saya pun mengatakan hal tersebut ke dokter kandungan saat saya kontrol. Alhamdulillah disetujui oleh dokter kandungan saya.
Begitu anak saya lahir, anak saya langsung masuk NICU. Sedangkan saya begitu anak lahir, saya sengaja dibuat pingsan karena sesak napas akibat tekanan darah tiba-tiba melonjak tinggi. Begitu bangun dari tempat tidur, saya diberitahu suster (perawat) bahwa anak saya masuk NICU. Saya menangis sampai menusuk ke jantung karena begitu sedihnya.
Saya bertanya kepada suster, "Suster, kenapa anak saya harus masuk NICU?"
"Karena trombosit anak ibu rendah," jawab suster.
Hati saya sakit banget karena anak saya turunan seperti saya. 'Oh ya Allah, kenapa Engkau berikan hamba cobaan seperti ini'.
Hari berikutnya saya ngobrol dengan dokter spesialis hematologi anak. Anak saya seperti saya, trombositnya rendah. Dokter bertanya obat-obatan apa saja yang saya konsumsi. Karena obat itu juga akan masuk ke tubuh Rifqi agar sembuh yaitu medrol (merk paten methylprednisolone dan obat lambung ranitidine). Itu diberikan lewat infus.
Namun, selain obat yang saya konsumsi, ada obat tambahan yang harganya mahal yang masuk ke dalam tubuh Rifqi lewat infus yaitu gamunex. Harganya mahal banget. Sekali infus 2,6 juta rupiah. Harga tepatnya saya lupa dan itu harus diinfus sampai 6 kali. Tapi karena trombosit Rifqi cepat naik dan normal, kayaknya Rifqi ga diinfus sampai 6 kali. Alhamdulillah semua karena Allah.
Melihat anak dinfus saja, hati ini sudah teriris, apalagi jika ditambah cobaan lainnya. Sembari memulihkan trombosit yang rendah, ada yang memilukan lagi. Anak saya didiagnosis tidak dapat mendengar alias tuli. Ya Allah, cobaan apalagi yang Engkau berikan kepada hamba.
Saya hanya dapat menjenguk Rifqi di jam 5 sore setiap hari. Biasanya orang habis caesar, istirahat. Saya tidak ada waktu istirahat. Begitu jam besuk tiba, saya langsung ke NICU, memeluk Rifqi, mendoakan Rifqi, membaca surat-surat pendek dan ayat kursi. Walaupun dia tidak dapat mendengar, tapi saya ingin, Allah ada berada di dekatnya.
Namun, tiap saya datang menjenguk, Rifqi selalu tidur. Saya kangen selalu ingin melihat Rifqi terbangun. Melihat matanya yang indah, ingin ngobrol. Rifqi terkenal di NICU karena di saat semua tidur, Rifqi bangun. Jadi para suster pun terjaga dibuatnya. Rifqi bangun tengah malam hingga pagi. Siang ke malam tidur. Belum rezeki saya melihat dan ngobrol dengan Rifqi.
Saya harus bolak-balik dari ruang rawat inap ke NICU. Harus menahan rasa sakitnya bekas caesar. Luka luarnya sih sudah tertutup. Karena saya memilih sistem lem jadi beberapa sudah tertutup rapat. Tapi karena saya suka bolak balik jalan jauh dari ruangan ke NICU, membuat luka di dalam lama sembuhnya. Setelah 6 bulan baru berkurang nyerinya dan 1 tahun baru hilang rasa sakitnya di dalam.
Ya Allah, kalau ingat saat itu, luar biasa pengorbanan saya sebagai seorang ibu demi anaknya. Apapun dilakukan. Walaupun sakit tetap di tahan demi kesembuhan anak saya. Saya tahu betul sakit banget luka sayatan caesar di dalam itu. Pengen nangis juga nahan sakitnya.
Tapi saya ga mau di tempat tidur terus. Saya harus kunjungi anak saya, saya harus sapa dia, saya harus susui dia. Setiap hari saya peras susu di botol untuk dikonsumsi anak saya. Walaupun dapat dikit, yang penting Rifqi bisa minum susu dari ibunya.
Saya hampir putus asa, stress, dan depresi menghadapi cobaan ini. Rasanya kok cobaan saya ga ada habisnya. Syukur alhamdulillah saya punya keluarga, sahabat di dunia kepenulisan, sahabat di facebook, sahabat sesama komunitas autoimun lupus, yang memberikan saya semangat.
Biasanya saya yang selalu memberikan motivasi kepada orang lain, namun ada saatnya kita berada di kondisi jauh ke dalam jurang dalam yang perlu ditarik untuk terus maju ke depan. Itulah saat iman kita sedang diuji. Kita perlu teman yang dapat memotivasi untuk bangkit.
Saya selalu diingatkan, kalau Allah itu selalu memberikan cobaan, ujian, masalah sesuai kesanggupan hamba-Nya. Mungkin Allah tahu kalau saya sering kasih motivasi kepada penyintas autoimun lain, apakah saya mampu bertahan jika saya dikasih ujian anak yang penyintas autoimun dan tuli alias tidak dapat mendengar.
Saya suka membaca surat Al Baqarah ayat 286 karena memberikan kekuatan dan motivasi bagi saya untuk terus bertahan.
Allah berfirman,
"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami."
Ketika selesai salat wajib di tempat tidur rawat inap, selain berdoa ibu bapak dan akhirat, saya berdoa,
Ya Allah, Engkau Maha Penyembuh, sembuhkanlah anak hamba ya Allah. Kuatkan anak hamba, berilah petunjuk kepadanya, jagalah selalu anak hamba." sambil meneteskan air mata berharap sangat Allah menyembuhkan anak saya.
Saya juga berdoa minta ampun kepada Allah, apabila saya punya kesalahan baik yang terlihat, terucap, maupun yang sembunyi-sembunyi.
Kalau ketemu Rifqi di NICU, selain ngobrol-ngobrol dengan Rifqi (walaupun kondisinya tidur dan tuli, saya tetap saja ngobrol) dan membaca surat al-fatihah, al-ikhlas, an-nas, al-falaq, ayat kursi, saya membaca di bawah ini secara berulang-ulang.
Allaahumma rabbannaasi, adz-hibil ba’sa, isyfi antasysyaafii, laa syifaa-a illaa syifaa-uka, syifaa-an laa yughaadiru saqamaa.
"Ya Allah, Tuhan pemelihara manusia, hilangkan bahaya (kejahatan dan penyakit), sembuhkanlah karena hanya Engkaulah yang bisa menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-MU. Kesembuhan yang tidak meninggalkan satu penyakit pun" (Muttafaqun'alaih)
Mba Evii, dirimu mama hebat dan kuat, masyaallah
BalasHapusAlhamdulillah Rifqi sekarang sudah sehat ceria dan berprestasi y mba
Semoga sehat terus y mbaa
Memang, semua ibu berjuang dgn tantanganny masing2
Semangat selalu, Mbaa
Terima kasih Mba Miyosi sayangku atas semangat, dukungannya, dan selalu berteman, bersahabat dengan saya. Jazakillah khairan mba
HapusMasyaa Allah. Semoga Allah memberkahi keluarga Mba Evi. Terharu bacanya. Semoga Rifqi jadi penolong Mba di akhirat kelak. Aamiin
BalasHapusBalas Komentarnya
HapusTes komentar
BalasHapusSemoga Alloh selalu memberi kesehatan dan perlindungan pada keluarga kak Evi.
BalasHapusHalo mbak Evi :) Masya Allah aku terharu membaca cerita tentang Rifqi. Bersyukur sekali tentunya ya kini ananda sudah bisa mendengar dan memberikan respons positif meskipun memang pelan-pelan dulu. Ikhtiar sudah dijalankan dan alhamdulillaah doa2 dijabah Allah SWT. Aku turut mendoakan yang terbaik buat mbak Evi sekeluarga semoga bahagia aamiin.
BalasHapusYa Allah,terharu banget baca perjuangan Evi dan Rifqi Alhamdulillah doanya Evi saat tahajud dikabulkan Allah, Rifqi bisa mendengar..semoga Evi sekeluarga diberikan kesehatan dan umur panjang aamiin
BalasHapusMasyaAllah, Allah tau jika Mbak Evi mampu dengan amanah hadirnya Rifqi saat ini. Membaca tulisan Mbak, saya jadi termotivasi secara tidak langsung. Semoga Allah jaga dan kuatkan Mbak Evi sekeluarga. Barakallah Mbak
BalasHapus