Bolehkah Anak Puasa Dikasih Reward?
Assalamu'alaikum sahabat pembaca setia blo Evi. Hari ini saya akan menulis tentang "Bolehkah Anak Puasa Dikasih Reward?"
Menurut emak-emak di sini, boleh nggak?
Banyak sekarang ini para emak mengajari anaknya puasa sejak kecil. Bahkan dari usia 3 tahun sudah diajari puasa. Kalau bisa puasa maka dikasih reward atau hadiah baik berupa uang atau barang.
Kalau menurut saya tidak masalah memberikan hadiah atau reward bagi anak-anak yang mau berpuasa di bulan Ramadhan.
Namun banyak para pakar dan ustadz/ustadzah mengatakan bahwa reward berpuasa itu ga harus berupa uang atau bareng. Ada yang mengatakan boleh dengan memberikan penguatan iman, pujian, penghargaan, dan lain-lain.
Seperti yang dikatakan oleh Ustazah Dr. Hibana, S.Ag., M.Pd dari Aisyiya pada HaiBunda, "Berikan penguatan dengan berupa pujian, penghargaan, reward, maupun 'punishment'. Berikan penghargaan sekecil apapun usaha yang sudah dilakukan oleh anak. "
Contoh :
- Ketika seorang anak sudah bisa berlatih puasa sampai jam 10, maka kasih cap jempol, kasih pujian hebat, 'Anak soleh' (atau) 'Anak pintar'.
- Begitu juga, ketika anak mulai bermalas-malasan, maka emak memberikan punishment kepada anaknya seperti "Mama lebih senang kalau Ananda, kalau Rifqi, berlatih berpuasa sesuai kemampuannya."
Saya setuju banget dengan hal itu. Karena anak saya, Rifqi badannya gemuk banget. Puasa selalu ga tahan. Sejak sekolah kelas 1, dia akhirnya belajar sendiri puasanya.
Waktu belum sekolah, Rifqi puasanya sesuka dia. Rifqi selalu ikut sahur setiap hari. Tapi jam 6 pagi, sudah minta minum. Pokoknya kalau haus dia minum. Tapi dia ga makan, makannya nanti. Jam 11 atau 12.
Semenjak kelas 1 SD, Rifqi mulai berpuasa setengah hari tanpa makan dan minum. Pulang sekolah baru mulai makan dan minum. Awal bersekolah dan puasa, pulang-pulang pucat banget wajahnya. Karena kan SDIT lumayan full belajar sampai jam 11 dibanding sekolah negeri. Biasanya dia haus minum, ini ditahannya.
"Bagaimana puasanya, Nak?"
tanya pada Rifqi setelah melihat wajahnya pucat di hari pertama sekolah di bulan Ramadan.
"Bibir Rifqi kering banget, Ma. Haus. Hayuk Ma langsung pulang," ujar Rifqi
Biasanya dia suka main-main di sekolah setelah jam belajar selesai, di bulan Ramadan buru-buru pulang. Di mobil menuju jalan pulang ke rumah, Rifqi tertidur di mobil. Saya memang melihat Rifqi kasihan banget karena wajahnya pucat. Kadang ada rasa ga tega, tapi kalau ga begini, kapan lagi Rifqi belajar puasa.
Sampai rumah, Rifqi bangun, dan langsung minta minum, kemudian makan. Kadang dia makan jam 12, kadang jam 1 siang. Suatu kemajuan bagi saya. Saya suka memberikan pujian kepada Rifqi jima dia berhasil.
"Anak mama ganteng banget ini, shalih banget berhasil puasa setengah harinya. Gitu dung. Kalau kita rajin puasa nanti Allah sayang sama kita," kata saya pada Rifqi.
Reaksi emosi senang dan bangga kita sebagai orang tua kepada anaknya dapat menguatkan mentalnya kelak ketika sudah dewasa. Pelan-pelan kita membimbingnya. Nanti juga dia akan bisa dengan sendiri. Nanti dia juga tahu kenapa kita wajib berpuasa.
Saya dulu sampai kelas 6 SD masih puasa setengah hari. Jadi kenapa kita harus memaksakan anak kita berpuasa, apalagi sampai berpuasa penuh. Yang penting kita bangun dulu penguatan emosi, mental, iman, dan akhlak pada anak. Jika itu sudah kuat, maka fondasi dia ketika sudah dewasa bagus.
Kalau dia puasa karena hadiah uang, takutnya sampai besar akan selalu teringat dengan uang . Padahal puasa itu kan sebenarnya bentuk ketakwaan kita pada Allah. Maka bangunlah anak kita agar bisa bertakwa.
Kalau kita paksa anak berpuasa, takutnya dia akan tertekan dan membangkang. Sabar aja ya, Mak. Karena puasa belum wajib bagi anak-anak, khususnya anak SD. Jalani saja senyamannya agar anak bahagia.
Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat ya, Mak.
Salam santun,
Evi Andriani
Depok, 22 Maret 2024
Posting Komentar untuk "Bolehkah Anak Puasa Dikasih Reward?"
Terima kasih sudah membaca tulisan saya ini. Mohon setelah membaca, beri komentar di bawahnya.
Silahkan follow IG saya : @eviandriani55 dan Twitter saya : @eviandri55.
Salam santun, Evi.